Jumat, 11 April 2014

MAKALAH MIKROBIOLOGI " MIKROFLORA NORMAL PADA TUBUH MANUSIA "



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebenarnya mikroorganisme yang terdapat pada tubuh manusia tak dapat digolongkan dengan tegas, apakah ia suatu komensal atau suatu spesies yang pathogen bagi manusia tersebut. Flora dalam tubuh manusia dapat menetap atau transient. Mikroba normal yang menetap tersebut dapat dikatakan tidak menyebabkan penyakit dan mungkin menguntungkan bila ia berada di lokasi yang semestinya dan tanpa adanya keadaan abnormal. Mereka dapat Kmenyebabkan penyakit bila karena keadaan tertentu berada di tempat yang tidak semestinya atau bila ada faktor predisposisi.

Sebagai contoh, flora normal di saluran pencernaan berperan dalam sintesis vitamin K dan membantu absorbs zat makanan tertentu. Pada mukosa dan kulit, flora normal dapat mencegah kolonisasi bakteri pathogen melalui bacterial interference.

Streptococcus viridians, bakteri yang tersering ditemukan di saluran nafas atas, bila masuk ke aliran darah setelah ekstraksi gigi atau tonsilektomi dapat sampai ke katup jantung yang abnormal dan mengakibatkan subacute bacterial endocarditis.

B.     Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini:
1.       Apa pengertian dari mikro flora normal?
2.      Darimana asal mikrobiota yang ada pada tubuh manusia?
3.      Bagaimana penggolongan flora normal pada tubuh manusia?
4.      Apa peran mikroflora normal pada tubuh manusia?
5.      Bagaimana penyebaran mikroflora normal pada tubuh manusia?



C.     Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu membahas tentang :
1.      Pengertian mikroflora normal.
2.      Asal mikrobiota yang ada pada tubuh manusia.
3.      Penggolongan mikroflora normal pada tubuh manusia.
4.      Peran mikroflora normal pada tubuh manusia.
5.      Penyebaran mikroflora normal di tubuh manusia.
D.    Manfaat
1.      Untuk mengenal dan memahami secara mendalam tentang mikroflora normal.
2.      Agar pembaca atau Mahasiswa/i sekolah Tinggi Analis Bakti Asih dapat menggunakan makalah ini sebagai bahan pembelajaran dalam mata kuliah mikrobiologi I.




BAB II
ISI

Mikroflora Normal Tubuh Manusia dan Penyebaran Mikroorganisme

A.    FLORA NORMAL TUBUH MANUSIA
1)      Pengertian Flora Normal Tubuh Manusia
Flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat pada tubuh manusia. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh manusia adalah dari jenis bakteri.
Mikrobiota normal manusia perlu diketahui karena alasan-alasan sbb:
·           Dapat membantu menduga macam infeksi yang mungkin timbul setelah terjadinya kerusakan jaringan pada organ-organ tertentu.
·           Memberikan petunjuk mengenai kemungkinan sumber dan pentingnya mikroorganisme yang teramati pada beberapa infeksi klinis. Sebagai contoh E.coli tidak berbahaya di dalam usus tetapi bila memasuki kandung kemih dapat menyebabkan sistitis (peradangan pada selaput lendir).
·           Dapat membuat kita menaruh perhatian yang ebih besar terhadap infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan mikrobiota normal atau asli pada inang manusia.

2)      Asal Mula Mikrobiota Pada Manusia.
Pada keadaan ilmiah, janin manusia mula-mula memperoleh mikroorganisme ketika lewat sepanjang saluran lahir. Mikroorganisme tersebut diperolehnya melalui kontak permukaan, penelanan, atau penghisapan. Mikroba-mikroba ini bergabung dengan mikroba-mikroba lain yang berasal dari banyak sumber yang berada pada sekeliling bayi tersebut. Mikroorganisme yang menemukan lingkungan yang sesuai pada permukaan luar atau dalam tubuh, dengan cepat berbiak dan menetap. Jadi dalam beberapa waktu setelah bayi tersebut lahir, bayi memperoleh mikroflora normal yang akan menjadi mikroflora yang asli. Setiap bagian tubuh manusia, dengan kondisi lingkungan yang khusus, dihuni berbagai macam mikroorganisme tertentu. Sebagai contoh, di rongga mulut berkembang populasi mikrobe alamiah yang berbeda dengan yang ada di usus. Dalam waktu singkat, bergantung kepada faktor-faktor seperti berapa seringnya dibersihkan, nutrisinya, penerapan prinsip-prinsip kesehatan, serta kondisi hidup, maka anak tersebut akan mempunyai mikrobiota normal yang macamnya sama seperti yang ada pada orang dewasa.

3)      Penggolongan Flora Normal Tubuh Manusia.
Berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat digolongkan menjadi 2 jenis :
1.             Mikroorganisme tetap
Yaitu mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun jumlahnya., jika ada perubahan akan tetap kembali seperti semula.
Flora normal ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia dan tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari flora normal.Contohnya : Streptococcus viridians, S.faecalis, Candida albicans.
2.             Mikroorganisme sementara.
Yaitu mikroorganisme nonpatogen yang berada di kulit dan selaput lendir selama ukuran waktu beberapa jam, hari atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ada secara tiba tiba yang dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan, tidak menimbulkan penyakit, dan tidak menetap. Flora sementara biasanya sedikit asalkan flora tetap masih utuh, jika flora tetap berubah maka flora normal akan melakukan kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit.

4)      Peran Mikroflora Normal
Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh bersifat komensal. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor-faktor biologis seperti suhu, kelembapan dan tidak adanya nutrisi tertentu serta zat-zat penghambat. Keberadaan flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan karena hewan yang dibebaskan (steril) dari flora tersebut, tetap bisa hidup.
Flora yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Beberapa anggota flora tetap di saluran pencernaan mensintesis vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan. Flora yang menetap diselaput lendir (mukosa) dan kulit dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri patogen dan mencegah penyakit akibat gangguan bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas. Mungkin melalui kompetisi pada reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu, kompetisi untuk zat makanan, penghambatan oleh produk metabolik atau racun, penghambatan oleh zat antibiotik atau bakteriosin (bacteriocins). Selain itu, diperkirakan bahwa stimulasi antigenik dilepaskan oleh flora adalah penting untuk perkembangan sistem kekebalan tubuh normal.
Sebaliknya, flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu. Berbagai organisme ini tidak bisa tembus (non-invasive) karena hambatan-hambatan yang diperankan oleh lingkungan. Jika hambatan dari lingkungan dihilangkan dan masuk ke dalam aliran darah atau jaringan, organisme ini mungkin menjadi patogen.  
Spesies Bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di usus besar dan tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke rongga peritoneum atau jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat trauma, mereka menyebabkan supurasi dan bakterimia. Terdapat banyak contoh tetapi yang penting adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang menyertainya. Mereka dapat menimbulkan penyakit jika berada pada lokasi yang asing dalam jumlah banyak dan jika  terdapat faktor-faktor predisposisi.
Streptococcus viridians, bakteri yang tersering ditemukan di saluran nafas atas, bila masuk ke aliran darah setelah ekstraksi gigi atau tonsilektomi dapat sampai ke katup jantung yang abnormal dan mengakibat kan subacute bacterial endocarditisBacteroides yang normal terdapat di kolon dapat menyebabkan peritonitis mengikuti suatu trauma Spesies Bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di usus besar dan tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke rongga peritoneum atau jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat trauma, mereka menyebabkan supurasi dan bakterimia. Terdapat banyak contoh tetapi yang penting  adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang menyertainya. Mereka dapat menimbulkan penyakit jika berada pada lokasi yang asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat faktor-faktor predisposisi.

5)      Faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh manusia adalah
1.      Nutrisi
2.      kebersihan seseorang (berapa seringnya dibersihkan)
3.      kondisi hidup
4.      penerapan prinsip-prinsip kesehatan

B.     PENYEBARAN MIKROFLORA NORMAL PADA TUBUH MANUSIA
Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang kontak langsung dengan lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus, saluran urogenital, mata, dan telinga.

1)             Kulit
Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari benda-benda. Kulit manusia terlihat lebih mudah rusak bila dibandingkan dengan kulit hewan, seperti badak, gajah, dan kura. Namun kulit manusia memiliki sifat sebagai pertahanan yang sangat efektif terhadap infeksi. Dalam kenyataannya, tidak ada bakteri yang dapat menembus kulit utuh “telanjang” tanpa pelindung.
Kulit bersifat sedikit asam dengan ph 5% dan memilik temperature kurang dari 37°C. Lapisan sel-sel yang mati akan membuat permukaan kulit secara konstan berganti sehingga bakteri yang berada dibawah permukaan kulit tersebut akan juga dengan konstan terbuang dengan sel mati. Lubang-lubang alami yang terdapat d kulit, seperti pori-pori, folikel rambut, atau kelenjar keringat memberikan suatu lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri. Namun lubang -lubang tersebut secara alami dilindungi oleh lisozim (enzim yang dapat merusak peptidoglikan bakteri yang merupakan unsur utama pembentuk dinding sel bakteri gram positif) dan lipida toksik.
Pelindung lain terhadap kolonialisasi kulit oleh bakteri patogen adalah mikroflora normal kulit. Mikroflora tersebut merupakan suatu kumpulan dari bakteri nonpatogen yang normal berkolonisasi pada setiap area kulit yang mampu mendukung pertumbuhan bakteri. Bakteri patogen yang akan menginfeksi kulit harus mampu bersaing dengan mikroflora normal yang ada untuk mendapatkan tempat kolonisasi serta nutrien untuk tumbuh dan berkembang. Mikroflora normal kulit terutama terdiri dari bakteri gram positif. Tetapi bakteri gram negatif seperti Escherichia coli yang habitatnya ada di dalam usus manusia, juga bisa terdapat pada kulit manusia karena adanya kontaminasi kotoran manusia.
Walaupun ada pertahanan tersebut di atas, beberapa bakteri patogen dapat berkolonisasi sementara pada kulit dan dapat mengambil manfaat dari luka yang ada pada permukaan kulit untuk memperoleh jalan masuk ke jaringan yang ada di bawah kulit. Di bawah kulit, mereka akan menghadapi sejumlah sel yang telah terspesifikasi yang disebut dengan skin -associated lymphoid tissue (SALT). Fungsi SALT adalah mencegah bakteri patogen tidak sampai ke area yang lebih jauh di bawah kulit dan mencegah mereka tidak sampai ke aliran darah. Relatif sedikit yang diketahui tentang sel -sel yang menyusun SALT. Salah satu tipe selnya adalah sel yang memaparkan antigen yang terspesialisasi yang membantu tipe sel yang lain, specialized skin- seeking lymphocyte, untuk memproduksi antibodi. Sel -sel limfosit tersebut juga memproduksi sitokin, protein yang merangsang sel -sel dari sistem imun dan memiliki sejumlah efek lain. Komponen SALT yang lain adalah keratinosit yang banyak terdapat pada lapisan epidemis dan bertanggung jawab untuk memelihara lingkungan mikrokulit yang bersifat asam. Keratinosit memproduksi sitokin dan juga mampu untuk ingesti dan membunuh bakteri.
Pentingnya pertahanan kulit ini diilustrasikan paling baik dengan pengaruh luka bakar yang parah, yang akan mengeliminasi semua bentuk pertahanan kulit termasuk SALT. Seseorang yang mengalami luka bakar tingkat dua dan tiga yang ekstensif dan orang yang bertahan hidup dari trauma inisial yang berhubungan dengan luka bakar masih belum terbebas dari bahaya. Banyak korban luka bakar mati karena infeksi bakterial yang terjadi sebelum kulit terbakar mengalami penyembuhan. Hilangnya pertahanan kulit dan tereksposnya lapisan jaringan di bawah kulit yang basah dan kaya nutrien merupakan hal yang ideal untuk kolonisasi bakteri pada area yang terbakar. Penyebab yang paling umum pada infeksi kulit yang terbakar adalah Pseudomonas aeruginosa danStaphylococcus aureus, dua spesies bakteri yang terdapat di mana-mana pada lingkungan rumah sakit. Kedua spesies juga dikenal resisten terhadap antibiotik. Antibiotik paling efektif bila aksi antibakterial mereka didukung dengan aktivitas pembunuhan oleh sistem imun. Efek kombinasi dari kerusakan SALT dan resistensi alami bakteri telah membuat infeksi luka bakar sulit untuk ditangani dengan efektif. Infeksi tersebut merupakan suatu penyebab utama kematian di antara penderita luka bakar. Bahkan, bila tidak bersifat fatal, infeksi bakterial pada jaringan yang terbakar meningkatkan jumlah kerusakan jaringan dan mencegah penyembuhan area kulit yang terbakar.

Pada umumnya beberapa bakteri yang ada pada kulit tidak mampu bertahan hidup lama karena kulit mengeluarkan substansi bakterisida. Sebagai contoh, kelenjar keringat mengekskresikan lisozim, suatu enzim yang dapat menghancurkan dinding sel bakteri. Kelenjar lemak mengekskresikan lipid yang kompleks, yang mungkin diuraikan sebagian oleh beberapa bakteri, asam-asam lemak yang dihasilkannya sangat beracun bagi bakter-bakteri lain.
Contoh bakteri yang ada di kulit Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, Propionibacterium acnes, Corynebacterium diphteri aerobik (difteroid).
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel -sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies Staphylococcusdan sianobakteri aerobik, atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnes, penyebab jerawat. Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh pencucian. Timbulnya organisme ini diperlihatkan pada Tabel 1 ; Gambar 6 Melukiskan morfologi dan sifat-sifat mikroorganisme yang predominan di dalam mikrobiota. Staphylococcus epidermidis yang bersifat nonpatogen pada kulit namun dapat menimbulkan penyakit saat mencapai tempat -tempat tertentu seperti katup jantung buatan dan sendi prostetik (sendi buatan). Bakteri ini lebih sering ditemui pada kulit dibandingkan dengan kerabatnya yang bersifat patogen yaitu Staphylococcus  aureus. Secara keseluruhan ada sekitar 103-104 mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan terletak pada stratum (lapisan) korneum.
Faktor-faktor yang berperan menghilangkan flora sementara pada kulit adalah pH rendah, asam lemak pada sekresi sebasea dan adanya lisozim. Berkeringat yang berlebihan atau pencucian dan mandi tidak menghilangkan atau mengubah secara signifikan flora tetap. Jumlah mikroorganisme permukaan mungkin berkurang dengan menggosok secara kuat setiap hari dengan sabun yang mengandung heksakloforen atau desinfektan lain, namun flora secara cepat muncul kembali dari kelenjar sebasea dan keringat, meskipun tidak ada hubungan secara total terhadap kulit bagian lain maupun lingkungan. Penggunaan tutup rapat pada kulit cenderung menyebabkan populasi mikrobiota secara keseluruhan sangat menin gkat dan dapat menimbulkan perubahan kualitatif flora kulit.
Bakteri anaerob dan aerob sering bersama-sama menyebabkan infeksi sinergistik (gangrene, fasciitis nekrotik =necrotizing fasciitis), selulitis dari kulit dan jaringan lunak. Bakteri-bakteri tersebut merupakan bagian dari flora normal. Sering sulit menentukan suatu organisme yang spesifik bertanggungjawab terhadap lesi progresif, karena terdapat banyak organisme yang berperan.

2)             Hidung
Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus dan streptokokus. Dalam hulu kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri Branhamellacatarrhalis (suatu kokus gram negatif) dan Haemophilus influenzae(suatu batanggram negatif).
Pemusnahan flora normal faring dengan penisilin dosis tinggi dapat menyebabkan over growth: bakteria negatif Gram seperti Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas atau jamur.

3)             Mulut
 Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan dan juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota dalam mulut sangat beragam, tergantung pada kesehatan pribadi masing-masing individu. Contoh bakteri : Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, Lactobacillus, Streptococcus mitis, Streptococcus salivarius, Candida albicans, Bacterioides oralis, dll.
Waktu lahir, rongga mulut pada hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang mengandung sebagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa anorganik. Jadi, air liur merupakan medium yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi mikroba pada berbagai bagian di dalam mulut.
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah mikroorganisme sedemikian rupa sehingga dalam waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas bagi rongga mulut menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces, dan Lactobacillus. Spesies satu-satunya yang selalu diperoleh dari rongga mulut, bahkan setelah hari kedua setelah lahir, ialah Streptococcus.
Sampai munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme di dalam mulut adalah aerob atau anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat seperti Bacteroides dan bakteri fusiform (Fusiobacterium sp.), menjadi lebih jelas karena jaringan di sekitar gigi menyediakan lingkungan anaerobik. Gigi itu sendiri merupakan tempat bagi menempelnya mikrobe. Ada dua spesies bakteri yang dijumpai berasosiasi dengan permukaan gigi: Streptococcus sanguis dan S. mutans (penyebab) utama kerusakan gigi, atau pembusuk gigi.
Plak adalah sebuah film/lapisan sel bakteri, yang berlabuh di sebuah matriks polisakarida disekresi oleh mikroorganisme. Apabila gigi tidak dibersihkan secara teratur, plak dapat terbentuk dengan cepat dan aktivitas bakteri tertentu, terutama Streptococcus mutans, dapat menyebabkan kerusakan gigi (rongga). Prevalensikaries berhubungan dengan diet.(pemburumikroba.blogspot.com/2010/09/flora-normal)
Karies merupakan suatu kerusakan gigi yang dimulai dari permukaan dan berkembang ke arah dalam. Terjadinya karies juga tergantung pada faktor-faktor genetik, hormonal, gizi, dan faktor lainnya. Pengendali karies gigi meliputi pembuangan plak, pembatasan ma kanan yang mengandung sukrosa, gizi yang baik mengandung cukup protein dan pengurangan pembentukan asam dalam mulut dengan cara membatasi keberadaan karbohidrat dan pembersihan mulut yang sering. Pemakaian flourida pada gigi atau peningkatan jumlah fluor p ada air mengakibatkan peningkatan resistensi email terhadap asam. Pengendalian penyakit periodontal memerlukan pembuangan karang gigi dan kebersihan mulut.



4)             Orofaring (oropharinx)
Orofaring (bagian belakang mulut) juga dihuni sejumlah besar bakteri Staphylococcus aureus dan S. epidermidis. Tetapi kelompok bakteri terpenting yang merupakan penghuni asli orofaring ialah Streptococcus hemolitik.
Bagian terdalam saluran pernapasan (ranting tenggorok atau bronkiole yang lebih halus serta alveoli atau gelembung paru -paru) tidak mengandung mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena saluran pernapasan berlapiskan silia, yaitu embel-embel seperti rambut, yang menyapu mikroorganisme dan bahan -bahan lain dari bagian sebelah dalam saluran ke bagian sebelah atas untuk dibuang. Rambut bersama dengan lendir di dalam lubang hidung itulah yang pertama-tama membantu melindungi saluran pernapasan dengan cara menyaring bakteri dari udara yang dihirup.
5)             Usus Kecil dan Usus Besar
 Usus kecil bagian atas (atau usus dua belas jari) mengandung beberapa bakteri, sebagian besar adalah kokus dan basilus gram positif. Di dalam jejunum atau usus halus kosong (bagian kedua usus kecil, di antara usus dua belas jari dan ileum atau usus halus gelung) kadang kala dijumpai spesies-spesies enterokokus, laktobasilus, dan difteroid. Khamir Candida albicans dapat juga dijumpai pada bagian usus kecil ini. Pada bagian usus kecil yang jatuh (ileum), mikrobiota mulai menyerupai yang dijumpai pada usus besar.
Daerah saluran pencernaan yang mengandung mikroorganisme adalah usus besar. Kurang lebih dua puluh persen massa feses berisi bacteria (104 mikroorganisme/gr berat basah). Mikroorganisme yang terdapat di kolon adalah Bacterodies coliform, Streptococcus, Clostrodium dan beberapa jenis yeast. Bacteroides dan Bifidobacteria yang merupakan ebih dari  Sembilan puluh persen flora feses adalah bacteria anaerob obligat.
Pada neonates flora usus terbentuk dalam 24 jam setelha lahir. Pada bayi yang disusui, Lactobacillus bifidus adalah organism yang dominan. Bakteria lain yang ditemukan ialah Entrococcus, bacteria Coliform dan Staphylococcus. Feses bayi yang meminum susu buatan berisisi Lactobacillus acidophilus, bakteri Coliform, Entrococcus, dan Bacillus anaerob termasuk Clostridium sp.
6)             Saluran kemih
Pada orang sehat, ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), dan kandung kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada umunya dijumpai pada uretra (saluran dari kandung kemih ke luar) bagian bawah baik pada pria maupun wanita. Tetapi jumlahnya berkurang di dekat kandung kemih, agaknya disebabkan efek antibakterial yang dilancarkan oleh selaput lendir uretra dan seringnya epitelium terbilas oleh air seni.
Mikroorganisme dapat ditemukan di genitalia eksterna, uretra anterior dan vagina, sedang di bagian lain umumnya tidak terdapat mikroorganisme yang menetap.
Di orifisium uretra wanita dan pria yang tidak disirkumsisi sering dijumpai Mycobacterium smegmatis. Dijumpai pula difteroid, Sptreptococcus nonhemolitik dan Staphylococcus epidermis. Khususnya pada wanita terdapat bacteria Doderlein, suatu Lactobacillus anaerob. Flora normal pada vulva wanita amat dipengaruhi oleh kondisi normalnya. Vulva neonates steril sampai 24 jam kehidupan. Setelah itu berkembang organism non pathogen seperti difteroid, mikrokokus dan Streptococcus nonhemolitik.
Pada pubertas Lactobacillus muncul kembali dan terdapat flora yang akan menetap selama masa dewasa yang terdiri atas difteroid, Lactobacillus, Micrococcus, Staphylococcus epidermis, Streptococcus faecalis, Streptococcus mikroaerofilik dan anaerob, Ureaplasma dan yeast.
Haemophlus vaginalis dan Chlamydia biasanya berhubungan dengan vaginitis simtomatis. Pada wanita hamil 15-20% dijumpai Streptococcus grup B (Streptococcus agalactica).

7)        Mata
          Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid (Coynebacterium xerosis), S.epidermidis dan streptokukus non hemolitik. Neiseria dan basil gram negatif yang menyerupai spesies Haemophilus (Moraxella) seringkali juga ada. Flora konjungtiva dalam keadaan normal dikendalikan oleh aliran air mata, yang mengandung lisozim.

8)        Bakteri di Darah dan jaringan
Pada keadaan normal darah dan jaringan adalah steril. Kadang-kadang karena manipulasi sederhana seperti mengunyah, menyikat gigi, ekstraksi gigi, flora komensal dari mulut dapat masuk ke jaringan atau darah. Dalam keadaan normal mikroorganisme tersebut segera dimusnahkan oleh sistem kekebalan tubuh. Hal seperti itu dapat terjadi pula dengan flora faring, saluran cerna dan saluran kemih. Pada keadaan abnormal seperti adanya katup jantung abnormal, atau protesa lain, bakteremia di atas dapat mengarah pada pembentukan koloni dan infeksi
9)             Telinga.
Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran flora kulit. Dapat dijumpai Streptococcus pneumonia, batang gram negative termasuk Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan kadang-kadang Mycobacterium saprofit.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat pada tubuh manusia. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh manusia adalah dari jenis bakteri.
Mikroflora normal digolongkan menjadi mikroflora tetap dan mikroflora sementara. Mikroflora tetap yaitu mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun jumlahnya., jika ada perubahan akan tetap kembali seperti semula. Sedangkan mikroflora sementara yaitu mikroorganisme nonpatogen yang berada di kulit dan selaput lendir.
Penyebaran mikroorganisem pada tubuh manusia terdapat pada bagian kulit, hidung, mulut, orofaring, saluran kemih,usus kecil, usus besar, dan telinga.

B.     SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan untuk kemajuan penulisan makalah selanjutnya.
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap para pembaca dapat menambah wawasan tentang mikroflora normal dan penyebarannya pada tubuh.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
C.     DAFTAR PUSTAKA
ü  Syahrurachman, Agus, dkk (Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia). 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta Barat:Binarupa Aksara
ü  Widagdho,Wimba.2011.Mikroflora Normal pada Tubuh Manusia.[Online].Tersedia http://www.scribd.com/doc/96323720/BAB-I. [Maret 2014]
ü  Maulana,Ilham.2013.Mikroflora Normal pada Manusia.[Online].Tersedia http://ilhammaulana24.blogspot.com/2013/04/mikroflora-normal-pada-manusia_3.html
ü  Chubitus,Yaya.2011.Makalah 1 Floranormal.[Online].Tersedia http://www.docstoc.com/docs/79091922/39240257-Makalah-1-Flora-Normal

1 komentar:

  1. Makalahnya lengkap, web designnya jg bagus penuh dengan bintang seperti kedua bola matamu yang bersinar bagai bintang..:) lam kenal ya

    BalasHapus