BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebenarnya mikroorganisme yang terdapat
pada tubuh manusia tak dapat digolongkan dengan tegas, apakah ia suatu komensal
atau suatu spesies yang pathogen bagi manusia tersebut. Flora dalam tubuh
manusia dapat menetap atau transient. Mikroba normal yang menetap tersebut
dapat dikatakan tidak menyebabkan penyakit dan mungkin menguntungkan bila ia
berada di lokasi yang semestinya dan tanpa adanya keadaan abnormal. Mereka dapat Kmenyebabkan penyakit
bila karena keadaan tertentu berada di tempat yang tidak semestinya atau bila
ada faktor predisposisi.
Sebagai contoh, flora normal di saluran
pencernaan berperan dalam sintesis vitamin K dan membantu absorbs zat makanan
tertentu. Pada mukosa dan kulit, flora normal dapat mencegah kolonisasi bakteri
pathogen melalui bacterial interference.
Streptococcus
viridians, bakteri yang tersering ditemukan di
saluran nafas atas, bila masuk ke aliran darah setelah ekstraksi gigi atau
tonsilektomi dapat sampai ke katup jantung yang abnormal dan mengakibatkan subacute bacterial endocarditis.
B. Rumusan
Masalah
Beberapa
permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini:
1. Apa pengertian dari mikro flora normal?
2. Darimana
asal mikrobiota yang ada pada tubuh manusia?
3. Bagaimana
penggolongan flora normal pada tubuh manusia?
4. Apa
peran mikroflora normal pada tubuh manusia?
5. Bagaimana
penyebaran mikroflora normal pada tubuh manusia?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini
yaitu membahas tentang :
1. Pengertian
mikroflora normal.
2. Asal
mikrobiota yang ada pada tubuh manusia.
3. Penggolongan
mikroflora normal pada tubuh manusia.
4. Peran
mikroflora normal pada tubuh manusia.
5. Penyebaran
mikroflora normal di tubuh manusia.
D. Manfaat
1. Untuk
mengenal dan memahami secara mendalam tentang mikroflora normal.
2. Agar pembaca atau Mahasiswa/i
sekolah Tinggi Analis Bakti Asih dapat menggunakan makalah ini sebagai bahan
pembelajaran dalam mata kuliah mikrobiologi I.
BAB
II
ISI
Mikroflora
Normal Tubuh Manusia dan Penyebaran Mikroorganisme
A. FLORA NORMAL TUBUH
MANUSIA
1) Pengertian
Flora Normal Tubuh Manusia
Flora
normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat pada tubuh
manusia. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh manusia adalah dari
jenis bakteri.
Mikrobiota
normal manusia perlu diketahui karena alasan-alasan sbb:
·
Dapat membantu menduga
macam infeksi yang mungkin timbul setelah terjadinya kerusakan jaringan pada
organ-organ tertentu.
·
Memberikan petunjuk
mengenai kemungkinan sumber dan pentingnya mikroorganisme yang teramati pada
beberapa infeksi klinis. Sebagai contoh E.coli tidak berbahaya di dalam usus
tetapi bila memasuki kandung kemih dapat menyebabkan sistitis (peradangan pada
selaput lendir).
·
Dapat membuat kita
menaruh perhatian yang ebih besar terhadap infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang merupakan mikrobiota normal atau asli pada inang manusia.
2) Asal
Mula Mikrobiota Pada
Manusia.
Pada keadaan ilmiah, janin manusia mula-mula
memperoleh mikroorganisme ketika lewat sepanjang saluran lahir. Mikroorganisme
tersebut diperolehnya
melalui kontak permukaan, penelanan, atau penghisapan. Mikroba-mikroba ini
bergabung dengan mikroba-mikroba lain yang berasal dari banyak sumber yang
berada pada sekeliling bayi tersebut. Mikroorganisme yang menemukan lingkungan
yang sesuai pada permukaan luar atau dalam tubuh, dengan cepat berbiak dan
menetap. Jadi dalam beberapa waktu setelah bayi tersebut lahir, bayi memperoleh mikroflora normal
yang akan menjadi mikroflora yang asli. Setiap
bagian tubuh manusia, dengan kondisi lingkungan yang khusus, dihuni berbagai
macam mikroorganisme tertentu. Sebagai contoh, di rongga mulut berkembang
populasi mikrobe alamiah yang berbeda dengan yang ada di usus. Dalam waktu
singkat, bergantung kepada faktor-faktor seperti berapa seringnya dibersihkan,
nutrisinya, penerapan prinsip-prinsip kesehatan, serta kondisi hidup, maka anak
tersebut akan mempunyai mikrobiota normal yang macamnya sama seperti yang ada
pada orang dewasa.
3) Penggolongan
Flora Normal Tubuh Manusia.
Berdasarkan
bentuk dan sifat kehadirannya dapat digolongkan menjadi 2 jenis :
1.
Mikroorganisme tetap
Yaitu
mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh
tertentu pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap,
baik jenis ataupun jumlahnya., jika ada perubahan akan tetap kembali seperti
semula.
Flora
normal ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk buangan
tubuh manusia dan tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari flora
normal.Contohnya : Streptococcus
viridians, S.faecalis, Candida albicans.
2.
Mikroorganisme
sementara.
Yaitu
mikroorganisme nonpatogen yang berada di kulit dan selaput lendir selama ukuran waktu beberapa jam,
hari atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ada secara tiba tiba yang
dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan, tidak menimbulkan penyakit, dan tidak menetap.
Flora sementara biasanya sedikit asalkan flora tetap masih utuh, jika flora
tetap berubah maka flora normal akan melakukan kolonisasi, berbiak dan
menimbulkan penyakit.
4) Peran
Mikroflora Normal
Mikroorganisme
yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh bersifat komensal. Pertumbuhan
pada bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor-faktor biologis seperti suhu,
kelembapan dan tidak adanya nutrisi tertentu serta zat-zat penghambat.
Keberadaan flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan karena hewan
yang dibebaskan (steril) dari flora tersebut, tetap bisa hidup.
Flora yang
hidup di bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran penting dalam
mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal. Beberapa anggota flora tetap
di saluran pencernaan mensintesis vitamin K dan penyerapan berbagai zat
makanan. Flora yang menetap diselaput lendir (mukosa) dan kulit dapat mencegah
kolonialisasi oleh bakteri patogen dan mencegah penyakit akibat gangguan
bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas. Mungkin melalui kompetisi pada
reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu, kompetisi untuk zat makanan,
penghambatan oleh produk metabolik atau racun, penghambatan oleh zat antibiotik
atau bakteriosin (bacteriocins). Selain itu, diperkirakan bahwa
stimulasi antigenik dilepaskan oleh flora adalah penting untuk perkembangan
sistem kekebalan tubuh normal.
Sebaliknya, flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi
tertentu. Berbagai organisme ini tidak bisa tembus (non-invasive) karena
hambatan-hambatan yang diperankan oleh lingkungan. Jika hambatan dari
lingkungan dihilangkan dan masuk ke dalam
aliran darah atau jaringan, organisme ini mungkin menjadi patogen.
Spesies
Bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di usus besar dan
tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke rongga peritoneum
atau jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat trauma, mereka
menyebabkan supurasi dan bakterimia. Terdapat banyak contoh tetapi yang penting
adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat bermanfaat bagi tubuh inang pada
tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang menyertainya. Mereka dapat
menimbulkan penyakit jika berada pada lokasi yang asing dalam jumlah banyak dan
jika terdapat faktor-faktor predisposisi.
Streptococcus viridians, bakteri yang tersering ditemukan
di saluran nafas atas, bila masuk ke aliran darah setelah ekstraksi gigi atau
tonsilektomi dapat sampai ke katup jantung yang abnormal dan mengakibat
kan subacute bacterial endocarditis. Bacteroides yang
normal terdapat di kolon dapat menyebabkan peritonitis mengikuti suatu trauma
Spesies Bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di usus
besar dan tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke rongga
peritoneum atau jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat trauma,
mereka menyebabkan supurasi dan bakterimia. Terdapat banyak contoh tetapi yang
penting adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat bermanfaat bagi
tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang
menyertainya. Mereka dapat menimbulkan penyakit jika berada pada lokasi yang
asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat faktor-faktor predisposisi.
5)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh manusia adalah
1.
Nutrisi
2.
kebersihan seseorang (berapa seringnya dibersihkan)
3.
kondisi hidup
4.
penerapan prinsip-prinsip kesehatan
B. PENYEBARAN MIKROFLORA
NORMAL PADA TUBUH MANUSIA
Flora normal
biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang kontak langsung dengan
lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus, saluran urogenital, mata, dan
telinga.
1)
Kulit
Kulit bersifat sedikit asam dengan ph 5% dan memilik
temperature kurang dari 37°C. Lapisan sel-sel yang mati akan membuat permukaan
kulit secara konstan berganti sehingga bakteri yang berada dibawah permukaan kulit
tersebut akan juga dengan konstan terbuang dengan sel mati. Lubang-lubang alami
yang terdapat d kulit, seperti pori-pori, folikel rambut, atau kelenjar
keringat memberikan suatu lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri. Namun lubang -lubang tersebut secara alami dilindungi oleh lisozim (enzim
yang dapat merusak peptidoglikan bakteri yang merupakan unsur utama pembentuk
dinding sel bakteri gram positif) dan lipida toksik.
Pelindung lain terhadap kolonialisasi kulit oleh
bakteri patogen adalah mikroflora normal kulit. Mikroflora tersebut merupakan suatu kumpulan dari bakteri
nonpatogen yang normal berkolonisasi pada setiap area kulit yang mampu
mendukung pertumbuhan bakteri. Bakteri patogen yang akan menginfeksi kulit
harus mampu bersaing dengan mikroflora normal yang ada untuk mendapatkan tempat
kolonisasi serta nutrien untuk tumbuh dan berkembang. Mikroflora normal kulit
terutama terdiri dari bakteri
gram positif. Tetapi bakteri gram negatif seperti Escherichia
coli yang habitatnya ada di dalam usus
manusia, juga bisa terdapat pada kulit manusia karena adanya kontaminasi kotoran manusia.
Walaupun ada pertahanan tersebut di atas,
beberapa bakteri patogen dapat berkolonisasi sementara pada kulit dan dapat
mengambil manfaat dari luka yang ada pada permukaan kulit untuk memperoleh
jalan masuk ke jaringan yang ada di bawah kulit. Di bawah kulit, mereka akan menghadapi sejumlah sel yang
telah terspesifikasi yang disebut
dengan skin -associated lymphoid tissue (SALT). Fungsi SALT adalah mencegah
bakteri patogen tidak sampai ke area yang lebih jauh di bawah kulit dan mencegah mereka tidak sampai ke aliran darah. Relatif
sedikit yang diketahui tentang sel -sel yang menyusun SALT. Salah satu tipe
selnya adalah sel yang memaparkan
antigen yang terspesialisasi yang membantu tipe sel yang lain, specialized
skin- seeking lymphocyte, untuk memproduksi antibodi. Sel -sel limfosit
tersebut juga memproduksi sitokin, protein yang merangsang sel -sel dari sistem
imun dan memiliki sejumlah efek lain. Komponen SALT yang lain adalah
keratinosit yang banyak terdapat pada lapisan epidemis dan bertanggung jawab
untuk memelihara lingkungan mikrokulit yang bersifat asam. Keratinosit
memproduksi sitokin dan juga mampu untuk ingesti dan membunuh bakteri.
Pentingnya pertahanan kulit ini diilustrasikan
paling baik dengan pengaruh luka bakar yang
parah, yang akan mengeliminasi semua bentuk pertahanan kulit termasuk SALT.
Seseorang yang mengalami luka bakar tingkat dua dan tiga yang ekstensif dan
orang yang bertahan hidup dari trauma inisial yang berhubungan dengan luka
bakar masih belum terbebas dari bahaya. Banyak korban luka bakar mati karena
infeksi bakterial yang terjadi sebelum kulit terbakar mengalami penyembuhan. Hilangnya pertahanan kulit dan tereksposnya lapisan jaringan
di bawah kulit yang basah dan kaya
nutrien merupakan hal yang ideal untuk kolonisasi bakteri pada area yang terbakar. Penyebab yang paling umum pada infeksi
kulit yang terbakar adalah Pseudomonas aeruginosa danStaphylococcus aureus, dua spesies bakteri yang terdapat di mana-mana pada lingkungan rumah
sakit. Kedua spesies juga dikenal resisten
terhadap antibiotik. Antibiotik paling efektif bila aksi antibakterial mereka didukung dengan aktivitas pembunuhan oleh sistem imun.
Efek kombinasi dari kerusakan SALT dan resistensi alami bakteri telah membuat
infeksi luka bakar sulit untuk ditangani dengan efektif. Infeksi tersebut
merupakan suatu penyebab utama
kematian di antara penderita luka bakar. Bahkan, bila tidak bersifat fatal, infeksi bakterial pada jaringan yang terbakar meningkatkan jumlah
kerusakan jaringan dan mencegah penyembuhan area kulit yang terbakar.
Pada
umumnya beberapa bakteri yang ada pada kulit tidak mampu bertahan hidup lama
karena kulit mengeluarkan substansi bakterisida. Sebagai contoh, kelenjar
keringat mengekskresikan lisozim, suatu enzim yang dapat menghancurkan dinding
sel bakteri. Kelenjar lemak mengekskresikan lipid yang kompleks, yang mungkin
diuraikan sebagian oleh beberapa bakteri, asam-asam lemak yang dihasilkannya
sangat beracun bagi bakter-bakteri lain.
Contoh bakteri yang ada di kulit Staphylococcus
epidermidis, Staphylococcus aureus, Propionibacterium acnes, Corynebacterium
diphteri aerobik (difteroid).
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada
epitelium yang seakan-akan bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni
pada permukaan sel -sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies Staphylococcusdan sianobakteri aerobik, atau difteroid. Jauh di dalam
kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium
acnes, penyebab jerawat. Jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh pencucian. Timbulnya organisme ini diperlihatkan pada Tabel 1
; Gambar 6 Melukiskan morfologi dan sifat-sifat mikroorganisme yang predominan
di dalam mikrobiota. Staphylococcus epidermidis yang bersifat
nonpatogen pada kulit namun dapat menimbulkan penyakit saat
mencapai tempat -tempat tertentu seperti katup jantung buatan dan sendi prostetik (sendi buatan). Bakteri ini lebih sering ditemui
pada kulit dibandingkan dengan kerabatnya
yang bersifat patogen yaitu Staphylococcus aureus. Secara keseluruhan ada sekitar
103-104 mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan terletak pada stratum
(lapisan) korneum.
Faktor-faktor yang berperan menghilangkan flora
sementara pada kulit adalah pH rendah, asam lemak pada sekresi sebasea dan
adanya lisozim. Berkeringat yang berlebihan atau pencucian dan mandi tidak
menghilangkan atau mengubah secara signifikan flora tetap. Jumlah
mikroorganisme permukaan mungkin berkurang dengan menggosok secara kuat setiap
hari dengan sabun yang mengandung heksakloforen atau desinfektan lain, namun
flora secara cepat muncul kembali dari kelenjar sebasea dan keringat, meskipun
tidak ada hubungan secara total terhadap kulit bagian lain maupun lingkungan. Penggunaan tutup rapat pada kulit
cenderung menyebabkan populasi mikrobiota
secara keseluruhan sangat menin gkat dan dapat menimbulkan perubahan kualitatif
flora kulit.
Bakteri anaerob dan aerob sering bersama-sama
menyebabkan infeksi sinergistik (gangrene,
fasciitis nekrotik =necrotizing fasciitis), selulitis dari kulit dan jaringan lunak. Bakteri-bakteri tersebut merupakan bagian dari flora normal. Sering
sulit menentukan suatu organisme yang spesifik bertanggungjawab terhadap lesi
progresif, karena terdapat banyak organisme yang berperan.
2)
Hidung
Flora utama hidung terdiri dari
korinebakteria, stafilokokus dan
streptokokus. Dalam hulu kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri Branhamellacatarrhalis (suatu kokus gram negatif) dan Haemophilus influenzae(suatu batanggram negatif).
Pemusnahan flora normal faring dengan penisilin dosis tinggi dapat
menyebabkan over growth: bakteria
negatif Gram seperti Escherichia coli, Klebsiella,
Proteus, Pseudomonas atau jamur.
3)
Mulut
Waktu lahir, rongga mulut pada
hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang
mengandung sebagai substansi nutrisi. Air
liur terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa anorganik. Jadi, air liur merupakan medium
yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi
mikroba pada berbagai bagian di dalam mulut.
Beberapa jam sesudah lahir,
terdapat peningkatan jumlah mikroorganisme sedemikian rupa sehingga dalam waktu
beberapa hari spesies bakteri yang khas bagi rongga mulut menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus
Streptococcus, Neisseria, Veillonella,
Actinomyces, dan Lactobacillus. Spesies satu-satunya yang selalu diperoleh dari rongga mulut, bahkan setelah hari kedua setelah lahir, ialah Streptococcus.
Sampai munculnya gigi, kebanyakan
mikroorganisme di dalam mulut adalah aerob atau anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat
seperti Bacteroides dan bakteri fusiform (Fusiobacterium sp.), menjadi lebih jelas karena jaringan di sekitar gigi menyediakan lingkungan anaerobik. Gigi itu sendiri
merupakan tempat bagi menempelnya mikrobe. Ada dua spesies bakteri yang
dijumpai berasosiasi dengan permukaan gigi: Streptococcus sanguis dan S. mutans (penyebab) utama kerusakan gigi, atau pembusuk gigi.
Plak adalah sebuah film/lapisan sel bakteri,
yang berlabuh di sebuah matriks polisakarida
disekresi oleh mikroorganisme. Apabila gigi tidak dibersihkan secara teratur, plak dapat terbentuk dengan cepat dan aktivitas bakteri tertentu,
terutama Streptococcus mutans, dapat
menyebabkan kerusakan gigi (rongga). Prevalensikaries berhubungan dengan
diet.(pemburumikroba.blogspot.com/2010/09/flora-normal)
Karies merupakan suatu kerusakan gigi yang
dimulai dari permukaan dan berkembang ke arah dalam. Terjadinya karies juga
tergantung pada faktor-faktor genetik, hormonal, gizi, dan faktor lainnya.
Pengendali karies gigi meliputi pembuangan plak, pembatasan ma kanan yang
mengandung sukrosa, gizi yang baik mengandung cukup protein dan pengurangan
pembentukan asam dalam mulut dengan cara membatasi keberadaan karbohidrat dan
pembersihan mulut yang sering. Pemakaian flourida pada gigi atau peningkatan
jumlah fluor p ada air mengakibatkan peningkatan resistensi email terhadap
asam. Pengendalian penyakit periodontal memerlukan pembuangan karang gigi dan
kebersihan mulut.
4)
Orofaring
(oropharinx)
Orofaring (bagian belakang mulut)
juga dihuni sejumlah besar bakteri Staphylococcus aureus dan S. epidermidis. Tetapi kelompok bakteri
terpenting yang merupakan penghuni asli orofaring ialah Streptococcus hemolitik.
Bagian terdalam saluran
pernapasan (ranting tenggorok atau bronkiole yang lebih halus serta alveoli atau gelembung paru -paru) tidak mengandung
mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena saluran pernapasan berlapiskan silia,
yaitu embel-embel seperti rambut, yang menyapu mikroorganisme dan bahan -bahan
lain dari bagian sebelah dalam saluran ke bagian sebelah atas untuk dibuang.
Rambut bersama dengan lendir di dalam lubang hidung itulah yang pertama-tama
membantu melindungi saluran pernapasan dengan cara menyaring bakteri dari udara
yang dihirup.
5)
Usus Kecil dan Usus Besar
Daerah
saluran pencernaan yang mengandung mikroorganisme adalah usus besar. Kurang
lebih dua puluh persen massa feses berisi bacteria (104
mikroorganisme/gr berat basah). Mikroorganisme yang terdapat di kolon adalah Bacterodies coliform, Streptococcus, Clostrodium dan beberapa jenis yeast. Bacteroides dan Bifidobacteria
yang merupakan ebih dari Sembilan
puluh persen flora feses adalah bacteria anaerob obligat.
Pada
neonates flora usus terbentuk dalam 24 jam setelha lahir. Pada bayi yang
disusui, Lactobacillus bifidus adalah
organism yang dominan. Bakteria lain yang ditemukan ialah Entrococcus, bacteria Coliform
dan Staphylococcus. Feses bayi yang
meminum susu buatan berisisi Lactobacillus
acidophilus, bakteri Coliform,
Entrococcus, dan Bacillus anaerob
termasuk Clostridium sp.
6)
Saluran kemih
Pada orang sehat, ginjal, ureter
(saluran dari ginjal ke kandung kemih), dan kandung kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada umunya dijumpai pada uretra (saluran dari kandung kemih ke luar) bagian bawah baik pada pria
maupun wanita. Tetapi jumlahnya
berkurang di dekat kandung kemih, agaknya disebabkan efek antibakterial yang dilancarkan oleh selaput lendir uretra dan
seringnya epitelium terbilas oleh air seni.
Mikroorganisme dapat ditemukan di
genitalia eksterna, uretra anterior dan vagina, sedang di bagian lain umumnya
tidak terdapat mikroorganisme yang menetap.
Di orifisium uretra wanita dan pria yang tidak disirkumsisi sering dijumpai
Mycobacterium smegmatis. Dijumpai
pula difteroid, Sptreptococcus
nonhemolitik dan Staphylococcus epidermis.
Khususnya pada wanita terdapat bacteria Doderlein, suatu Lactobacillus anaerob. Flora normal pada vulva wanita amat
dipengaruhi oleh kondisi normalnya. Vulva neonates steril sampai 24 jam
kehidupan. Setelah itu berkembang organism non pathogen seperti difteroid,
mikrokokus dan Streptococcus
nonhemolitik.
Pada pubertas Lactobacillus
muncul kembali dan terdapat flora yang akan menetap selama masa dewasa yang
terdiri atas difteroid, Lactobacillus,
Micrococcus, Staphylococcus epidermis, Streptococcus faecalis, Streptococcus
mikroaerofilik dan anaerob, Ureaplasma
dan yeast.
Haemophlus
vaginalis dan Chlamydia biasanya berhubungan dengan vaginitis simtomatis. Pada
wanita hamil 15-20% dijumpai Streptococcus grup B (Streptococcus agalactica).
7)
Mata
8)
Bakteri di
Darah dan jaringan
Pada keadaan normal darah dan jaringan adalah
steril. Kadang-kadang karena manipulasi sederhana seperti mengunyah, menyikat gigi,
ekstraksi gigi, flora komensal dari mulut dapat masuk ke jaringan atau darah.
Dalam keadaan normal mikroorganisme tersebut segera dimusnahkan oleh sistem
kekebalan tubuh. Hal seperti itu
dapat terjadi pula dengan flora faring, saluran cerna dan saluran kemih. Pada keadaan abnormal seperti adanya katup jantung abnormal, atau protesa
lain, bakteremia di atas dapat mengarah pada pembentukan koloni dan infeksi.
9)
Telinga.