Kamis, 23 Mei 2013

laporan kimia fisik " HUKUM DISTRIBUSI "


HUKUM DISTRIBUSI



Tanggal percobaan           : Jumat, 17 Mei 2013

Tanggal laporan                 : Jumat, 24 Mei 2013

Tujuan percobaan           : untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut

Prinsip percobaan           : Prinsip ekstraksi berlaku hukum Distribusi yaitu bila dalam pelarut yang tidak  saling bercampur dimasukkn solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersbut,maka akan terjadi pembagian kelarutan.

Dasar teori                          :Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain diketahui, asalkan kedua pelarut tidak tercampur sempurnasatu sama lain.

Hukum distribusi berlaku apabila:

a.       Larutan encer

Apabila konsentrasi zat terlarut tinggi, misalnya asam asetat dalam air dan kloroform, maka asam asetat dalam air cenderung untuk mengalami asosiasi. Asosiasi tersebut dapat digambarkan dengan terbentuknya ikatan hydrogen antara molekul asam asetat.

b.      Zat terlarut mempunyai massa molekul relatif yang sama untuk kedua pelarut tersebut karena angka  konstan.

Angka perbandingan distribusi tidak tergantung pada spesies atau jenis molekul yang mungkin ada. Harga perbandingan berubah dengan sifat dasar dari zat terlarut serta temperatur, sedangkan angka berubah apabila konsentrasi zat berubah dalam kedua pelarut setelah tercapai kesetimbangan pada temperatur tertentu dalam larutan tertentu.

Hukum distribusi banyak dipakai dalam proses ekstraksi pelarut dalam analisa, antara lain:

1.      Mengelurkan brom dan iod dalam larutan air apabila larutan iod dalam air dikocok dengan karbon disulfide.konsentrasi ion dalam disulfida dapat dipisahkan dengan corong pisah dan dilakukan berulang kali. Dengan cara ini, konsentrasi iod dalam larutan air menjadi kecil.

2.      Uji dalam analisa kuantitatif

Kromium pentaoksida lebih larut dalam alkoholamil dari air dengan mengocok larutan encer dalam air dengan adanya kromat atau H2O2.

3.      Studi hidrolisis

Dalam hidrolisis suatu garam dari basa lemah dengan asam kuat atau asam lemah dengan basa kuat terdapat kesetimbangan antara garam, basa, atau asam bebas.



Alat dan bahan                  :



Ø  Corong pisah

Ø  Pipet tetes

Ø  Gelas ukur 50 ml

Ø  Pipet volume 100 ml

Ø  Pipet ukur 10 ml

Ø  Cincin tempat corong

Ø  Erlenmeyer

Ø  I2 0,1N

Ø  Na2S2O3 0,1N

Ø  Kloroform

Ø  Amylum


Prosedur                              :

1.      Larutan I2 0,1 N dipipet dan dimasukkan kedalam corong pisah,

2.      7,5 ml Chloroform ditambahkan kedalam corong pisah yang berisi I2, corong pisah dikocok dengan kuat hinnga terbentuk 2 larutan terpisah,

3.      Larutan yang berwarna ungu dimasukkan kedalam erlenmeyer yang bersih,

4.      Chloroform dimasukkan kembali sebanyak 25 ml kedalam corong pisah yang berisi sisa larutan yang berwarna coklat kekuningan,

5.      Corong pisah dikocok kembali hingga terbentuk 2 lapisan, dan larutan yang ada dibawah dikeluarkan kembali kedalam erlenmeyer yang pertama,

6.      Cara no.5 dilakukan lagi sampai ekstraksi dilakukan sebanyak 4x,

7.      Pada ekstraksi terakhir larutan yang berwarna coklat kekuningan dimasukkan kedalam erlenmeyer yang terpisah dari larutan yang berwarna ungu,

8.      Larutan amylum di teteskan kedalam larutan tersebut sebagai indikator,

9.      Kedua larutan tersebut dititrasi dengan larutan thio sulfat,

10.  Setelah hasil titrasi didapatkan, hasil dimasukkan kedalam rumus agar didapatkan nilai KD.

Hasil percobaan                :


Ekstraksi

               Volome

Na2S203

KD



I2

Chloroform



1 x 30 ml

1,14 ml

9,19 ml

6,7083 N

2 x 15 ml

0,5 ml

7,8 ml

13,048 N

3 x 10 ml

0,5 ml

10 ml

16,67 N

4 x 7,5 ml

0,3 ml

8,15 ml

22,6373 N



Pengolahan data               :

                                                Perhitungan

[ I2 ] =  volume na2S2O3 x N.Na2S203  : volume I2

[ I2 ] air              = 0,3 x 0,10526 N  : 25

                    = 0,031578 : 25

                   = 0,00126 N

[ I2 ] Chloroform = 8,15 x 0,10526 N  : 30

                     = 8,15 x 0,10526 N  : 30

                  = 0,028596 N

KD = [ I2 ] CHCl2  : I2 air

KD = 0,028596 : 0,00126

     = 22,6373 N



Pembahasan                      : Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi diantaranya:

1.      Temperatur yang digunakan.

Semakin tinggi suhu maka reaksi semakin cepat sehingga volume titrasi     menjadi kecil, akibatnya berpengaruh terhadap nilai k.

2.       Jenis pelarut.

Apabila pelarut yang digunakan adalah zat yang mudah menguap maka akan sangat mempengaruhi volume titrasi, akibatnya berpengaruh pada perhitungan nilai k.

3.       Jenis terlarut.

Apabila zat akan dilarutkan adalah zat yang mudah menguap atau higroskopis, maka akan mempengaruhi normalitas (konsentrasi zat tersebut), akibatnya mempengaruhi harga k.

4.      Konsentrasi

Makin besar konsentrasi zat terlarut makin besar pula harga k. Harga K berubah dengan naiknya konsentrasi dan temperatur. Harga k tergantung jenis pelarutnya dan zat terlarut. Menurut Walter Nersnt, hukum diatas hanya berlaku bila zat terlarut tidak mengalami disosiasi atau asosiasi, hukum di atas hanya berlaku untuk komponen yang sama.

Kesimpulan                         : Semakin banyak dilakukan nya ekstraksi semakin besar nilai KD.

Daftar pustaka                   : Ayu mutia – distribusi (http://ayumuthia.blogspot.com/2011/06/distribusi.html )


 Jukri himaki - Koefisien dan Angka Banding Distribusi pada Ekstraksi (http://jukrihimaki.blogspot.com/2011/04/koefisien-dan-angka-banding-distribusi.html )

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta (http://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=257567760937395&id=225074244186747 )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar